">

SEPANJANG PINGGIR JALAN KEMAYORAN


http://musimdomino.net/

SITUS RESMI JUDI ONLINE


Pesawat yang saya tumpangi mendarat di bandara Sukarno Hatta Jakarta sekitar jam sembilan malam. Kurang lebih tepat sesuai jadwal. Pesawat mendarat jauh dari homebasenya, jadi harus taxi beberapa menit untuk tiba di terminal kedatangan sesuai tempat maskapai masing-masing. Sekitar jam sepuluh malam saya baru meninggalkan bandara naik taksi menuju ke Pasar Baru.


“Kita lewat mana Pak?” Sopir Taksi memecah kebisuanku. “Yang mana yang lebih cepat sampai, saya udah ngantuk nih Pak”. “Lewat Ancol takutnya macet, lewat Kemayoran gimana Pak?” Sopir memberi solusi. “Ya sudah, atur ajalah. Biasa juga lewat Kemayoran kok” Saya sepakat.


Sekitar lima belas menit kemudian taksi sudah memasuki daerah Kemayoran. Jalanan sudah relatif sepi. Sewaktu belum berdinas di luar Jakarta, saya cukup sering melewati jalanan tersebut dengan sepeda motor, namun di siang hari, dimana kemacetan menjadi menu sehari-hari. Malam hari di jalanan tersebut sangat lancar. Andai jalanan Jakarta di siang hari juga selancar ini, pastilah penduduk Jakarta tidak banyak yang stress.

POKER ONLINE UANG ASLI


Asyik menikmati pemandangan sepanjang jalan di Kemayoran, saya melihat cukup banyak wanita berpakaian super sexy berdiri di pinggir jalan. Ada yang persis dipinggir jalan yang mudah terpapar lampu kendaraan sehingga terlihat jelas. Ada juga yang agak menjauh dari jalan, berdiri di dekat pepohonan, seolah berlindung di kegelapan. Hanya tubuhnya yang telihat jelas, sedangkan wajahnya terlihat samar. Mereka semua berpakaian super seksi seperti pakaian ketat, ada yang tanpa lengan, dan mayoritas mengenakan rok yang sangat mini. Dari segi dandanan wajah, ada yang terlihat minimal, ada juga yang berlebihan. Satu dua diantara mereka menghisap rokok.


Sepanjang melewati jalan di kemayoran tersebut, terlihat ada satu mobil sedan yang berjalan pelan lalu berhenti di dekat seorang wanita yang berdiri di kegelapan. Wanita tersebut langsung menghampiri dan mereka berbincang. Tidak jauh dari wanita-wanita di pinggir jalan tersebut ada beberapa motor yang diparkir di dekat halte. Tampak beberapa pria berbadan kekar sedang duduk-duduk dan berbincang. Pemandangan sepanjang jalan itu membuat pikiran saya berprasangka. Saya bertanya pada sopir taksi. “Biasa Pak!” Sopir menjawab singkat sambil tersenyum. Hal itu saya anggap membenarkan prasangka saya sebelumnya.


Wanita-wanita di sepanjang jalan dengan pakaian mini, tidakkah mereka kedinginan di malam itu? Apalagi sebelumnya baru saja turun hujan, masih terlihat sisa-sisanya dari jalanan yang masih basah dan beberapa genangan air. Ini memang masalah klasik. Masalah ekonomi dan kesejahteraan. Cukup banyak saya membaca dan mendengar dari liputan media, bahwa mereka melakukannya dengan terpaksa. Diantara mereka banyak yang berniat berhenti bila sudah cukup modal untuk membuka usaha sendiri. Bahkan ada juga yang berhasil hidup relatif bercukupan.

DOMINO ONLINE UANG ASLI


Saya hanya bisa prihatin dan mendoakan. Semoga mereka segera mendapatkan rejeki yang mencukupi namun dengan cara yang lebih baik dari yang biasa dilakukannya. Namun saya tersadar, tidak ada batasan yang pasti mengenai cukup atau tidak cukup. Keinginan manusia tak ada yang bisa membatasinya, bahkan tingginya langit dan luasnya bumi pun tidak akan bisa menjadi ukuran. Memikirkan hal itu membuat saya makin mengantuk dan akhirnya merebahkan kepala.


“Pak, Pak. Bangun Pak. Kita sudah sampai” Suara sopir membangunkanku. Rupanya saya tertidur dalam perjalanan selama sekitar sepuluh menit. Setelah membayar sedikit lebih tinggi dari yang tertera dari argo taksi, saya bergegas masuk ke dalam hotel, tak sabar untuk meneruskan tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar